Menteri Keuangan Sri Mulyani. (FOTO: Medcom.id/Husen Miftahudin)
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada momentum yang terus menguat di tengah proses pemulihan ekonomi dari kondisi krisis pada 2008-2009.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebetulnya dalam situasi yang justru sedang dalam momentum menguat. Sense optimism yang cukup kuat ini karena melihat pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan 3,9 persen," ujar Sri mulyani dalam sebuah acara di Grand Ballromm Kempinski, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat, 14 September 2018.
Namun demikian, lanjutnya, tantangan perekonomian Indonesia mulai mengencang kala Amerika Serikat (AS) melakukan dua normalisasi kebijakan. Yakni menaikkan suku bunga acuan dan mengurangi likuiditas ke negara lain.
"Sudah sepuluh tahun, sekarang AS membaik. Maka, ada langkah menormalkan kebijakan dengan menurunkan suku bunga dan likuiditas dikurangi," ungkap Sri Mulyani.
Kondisi tersebut membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) melemah. Namun di sisi lain, tingkat inflasi Indonesia rendah selama tiga tahun terakhir.
"Inflasi yang rendah selama tiga tahun berturut-turut menciptakan kestabilan yang sangat berharga," tegasnya.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, pemerintah menetapkan nilai tukar rupiah sebesar Rp14.400 per USD. Sementara untuk inflasi, pada tahun depan ditargetkan sebesar 3,5 persen.
"Untuk merealisasikan target inflasi, harus menjaga komponen Indeks Harga Konsumen (IHK), yakni harga pangan bergejolak (volatile food), harga yang diatur pemerintah (administered price), dan inflasi inti (core inflation)," tutup Sri Mulyani.
(AHL)
No comments:
Post a Comment