Ilustrasi. (Foto: MI/Arya Manggala)
Jakarta: Pakar Komunikasi Politik Karim Suryadi menilai merebut suara generasi milenial tidak cukup hanya dengan penampilan. Kaum milenial jauh lebih cerdas dan cenderung lebih aktif secara politik meski hanya ditunjukkan melalui media sosial.
"Kalau sekadar menunjukkan simbol-simbol yang merepresentasikan milenial mereka akan tahu ini adalah dramaturgi, tampil seperti gaya mereka," ujarnya melalui sambungan telepon dalam Editorial Media Indonesia, Senin, 10 September 2018.
Karim mengatakan merebut suara milenial tak cukup hanya menampilkan diri seakan dekat dengan mereka. Lebih jauh mengubah pola pikir mereka dengan visi misi ke depan dalam politik dinilai lebih menjanjikan.
Generasi milenial saat ini, kata Karim, adalah mereka yang akan memasuki dunia kerja dan yang dibutuhkan secara nyata dari pasangan calon presiden dan wakil presiden adalah bagaimana peta pembangunan lapangan kerja itu dibuka.
"Kalau kita siapkan dari sekarang kita akan dapatkan bonus demografi ke depan artinya harus ada rancang bangun mempersiapkan masa depan mereka, itu yang harus diperlihatkan pasangan calon," kata dia.
Ia menyebut generasi milenial lebih melek teknologi, terbiasa berhadapan dengan informasi melimpah, dan punya derajat kemandirian. Karenanya, ujar dia, tidak arif melarang penggunaan media sosial di kalangan milenial atau terlalu cepat memvonis sebuah informasi adalah hoaks atau fakta.
"Mereka sudah punya kecekatan digital sendiri tinggal bagaimana strategi yang tepat meraih (suara) mereka," ungkapnya.
(MEL)
No comments:
Post a Comment