Jakarta: Bank Indonesia (BI) mencatat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) selama Januari hingga hari ini atau year to date (ytd) sebesar 7,8 persen. Namun demikian, pelemahan rupiah dinilai lebih baik ketimbang negara-negara dengan kapasitas ekonomi serupa (peers).
"Secara year to date, rupiah mengalami pelemahan 7,8 persen. Ini masih relatif baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 4 September 2018.
Pada periode yang sama, rupee India mengalami pelemahan hingga 10,3 persen. Sementara rand Afrika Selatan anjlok 15,9 persen, real Brasil turun 20 persen, dan lira Turki terjerembab hingga 42 persen.
Menurut Perry, pelemahan mata uang di negara-negara berkembang lebih disebabkan oleh normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral The Federal Reserve. Tahun ini, Bank Sentral memproyeksikan The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan pada Maret dan Juni 2018. Saat ini, suku bunga acuan the Fed berada di level 1,75-2 persen.
"Kami perkirakan tahun ini ada empat kali (kenaikan suku bunga The Fed), masih kemungkinan (naik) di September dan Oktober. Hal ini memicu tidak hanya penguatan dolar AS tapi juga kembalinya modal asing dari seluruh negara termasuk Indonesia dengan meningkatnya imbal hasil di AS," beber Perry.
Namun demikian, Perry yakin tekanan nilai tukar rupiah mereda pada 2019. Hal ini karena defisit neraca transaksi berjalan pada tahun depan mulai berkurang.
"Misalkan untuk B20 (mandatori bahan bakar campuran minyak sawit sebesar 20 persen). Kalau tahun ini bisa menurunkan impor USD2,2 miliar, tahun depan (kebijakan B20) bisa mengurangi impor minyak USD6 miliar," ungkap dia.
Tak hanya itu, lanjutnya, ekspor crude palm oil (CPO) dinilai mampu menambah devisa sebanyak USD9 miliar hingga USD10 miliar. Pun pada sektor pariwisata yang diprediksi mampu meningkatkan devisa hingga USD13 miliar. Pada sisi eksternal, kenaikan suku bunga dari The Fed di tahun depan diproyeksi hanya sebanyak tiga kali.
"Memang masih naik, tapi kenaikannya lebih kecil sehingga tekanan global dari kenaikan suku bunga tidak setinggi yang terjadi tahun ini," tutup Perry.
(SAW)
http://ekonomi.metrotvnews.com/bursa/VNnREX7N-secara-year-to-date-rupiah-melemah-7-8
No comments:
Post a Comment